31 Juli 2012

Menghargai yang Tidak Puasa di Bulan Ramadan

Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda, tapi tetap satu jua), itulah semboyan negara kita, Indonesia. Sudah selayaknya antar warga negara Indonesia harus saling menghargai dan menghormati perbedaan yang terjadi, baik dari segi agama, ras, budaya, dan sebagainya.

Bulan Ramadan adalah bulan suci ketika umat muslim di dunia, termasuk Indonesia untuk melaksanakan ibadah puasa/shaum. Memasuki bulan ini selalu disambut meriah oleh umat muslim di dunia. Masyarakat muslim Indonesia, khususnya mempunyai tradisi yang unik ketika hari pertama puasa, yaitu "munggahan" , kumpul bersama di hari pertama puasa.

Adanya keanekaragaman agama di Indonesia, mengharuskan umat muslim di Indonesia menghargai umat beragama lainnya yang tidak puasa, yaitu kristen, hindu, budha, dan konghucu. Jika ada umat muslim, yang tidak puasa padahal dia mampu untuk menjalankan puasa, maka seharusnya umat muslim itulah yang harus ditegur atau dikasih peringatan bukan umat beragama lainnya, betul tidak?.
Umat muslim mempunyai kewajiban dalam menjalankan perintah ini karena sudah dijelaskan dalam Al-quran bahwa puasa di bulan Ramadan hukumnya wajib. Selain itu, umat beragama lain pun harus menghargai umat beragama lain yang sedang menjalankan sembahyang karena Indonesia menganut hukum mengenai kebebasan dalam beragama.

Intinya masyarakat Indonesia harus satu padu dan bahu-membahu dalam membangun bangsa Indonesia. Jangan sampai negara yang telah diperjuangkan oleh kakek moyang kita ini rusak atau hancur.

Yuk Menulis Artikel






Judul               : Menembus Koran, Berani Menulis Artikel (Edisi II)
Penulis             : Bramma Aji Putra
Penerbit           : Easymedia (Kelompok Penerbit Leutika)
Cetakan           : Pertama, Mei 2012
Tebal               : x + 143 halaman

Bagi sebagian orang menuangkan isi pikiran ke dalam sebuah tulisan dan menjadikan sebuah artikel yang layak jual adalah sesuatu yang cukup sulit. Hal ini terjadi karena untuk menghasilkan artikel yang layak jual harus melalui proses yang cukup panjang dan rumit, seperti menentukan tema yang akan ditulis, mencari referensi untuk tulisan, menuliskannya, dan terakhir memeriksa kembali hasil tulisan. Para (calon) penulis harus melalui proses tersebut hingga artikelnya menjadi layak jual.
Namun Anda, para (calon) penulis jangan dulu gusar atau pun risau memikirkan prosesnya terlebih dahulu. Langkah awal yang harus diambil adalah dengan meng-install nyali Anda untuk berani menulis, berani untuk corat-coret di kertas atau pun menggerakkan jari-jemari Anda di keyboard laptop atau komputer. Hal inilah yang ditekankan  oleh Bramma Aji Putra dalam buku edisi keduanya Menembus Koran: Berani Menulis Artikel. Dalam buku edisi keduanya ini, Bramma berbagi pengalaman seputar dunia kepenulisan, tips praktis, dan juga contoh artikelnya yang berhasil dimuat di beberapa media cetak nasional.
Selain itu, buku ini disajikan dengan bahasa yang ‘renyah’ dan mudah dicerna sehingga pembaca tak akan kesulitan menerapkan tipsnya. Dalam buku ini dilampirkan juga beberapa media cetak nasional dan honor yang disediakan jika tulisan Anda dimuat.
Buku ini cocok dibaca oleh siapapun yang ingin belajar menulis artikel dan juga mendapatkan penghasilan tambahan dari tulisannya.  

30 Juli 2012

Lezatnya Oncom Dawuan



Indonesia kaya akan berbagai macam kuliner, dari Sabang hingga Merauke. Setiap daerahnya mempunyai kuliner yang khas dan unik yang dapat dinikmati oleh para pelancong baik dari dalam negeri maupun luar negeri
.
Nah, untuk kali ini, saya akan membahas salah satu kuliner dari Subang, Jawa Barat, tepatnya di desa Babakan Oncom, kecamatan Dawuan yaitu Oncom Dawuan. Konon katanya, dulu oncom Dawuan terkenal sekali di seantero Jawa Barat, sampai-sampai ada sebuah kawih sunda yang terinspirasi dengan oncom ini. Sayangnya, popularitas oncom Dawuan ini kian meredup karena banyak para pembuat oncom yang beralih profesi menjadi petani atau pun buruh pabrik. Selain itu banyak para pembuat oncom yang tidak ada penerusnya karena anak-anaknya lebih memilih untuk bekerja di luar kota.


Harga Oncom Dawuan lebih mahal dari oncom yang terbuat dari ampas tahu, yaitu Rp.60000/ancak , karena terbuat dari kacang tanah dan proses pembuatan oncom yang lebih lama, yaitu sekitar dua hari, kata pak Harun, salah satu pembuat oncom Dawuan. Selain memproduksi oncom Dawuan, pak Harun juga membuat oncom dadut (terbuat dari ampas tahu) yang kualitas jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan oncom Dawuan. Oncom dadut adalah oncom yang biasa dikonsumsi sehari-hari dan banyak dijual di pasar-pasar.


Selain biasa dibuat sambel oncom, pepes oncom, atau nasi tutug oncom, oncom Dawuan ini bisa juga dibuat produk turunannya seperti keripik yang rasanya gurih dan lezat.


Ayo kita jaga dan lestarikan kuliner nusantara ini.




diramu dari berbagai sumber


02 April 2012

Kemanakah Musik Anak Indonesia?



Musik Indonesia sekarang ini kembali diramaikan oleh hadirnya boyband dan girlband baru seperti SM*SH, 7 Icons, Cherry Belle, dan masih banyak lagi. Namun, banyaknya boybands dan girlbands ini tidak diimbangi dengan lahirnya musik anak. Anak-anak Indonesia sekarang lebih hafal lagu-lagu boybands atau girlbands yang kebanyakan liriknya bertema tentang percintaan daripada lagu anak-anak yang bahasanya sesuai dengan umur mereka.
Dulu, waktu saya masih kecil sekitar tahun 1995, lagu-lagu anak seperti Si Lumba-Lumba yang dipopulerkan Bondan Prakoso dan Anak Gembala yang dipopulerkan Tasya masih sering didengar di televisi. Artis cilik yang menyanyikan lagu anak-anak pada saat itu masih sering muncul. Saya masih ingat kalau dulu itu ada salah satu televisi swasta nasional ada yang menayangkan acara khusus untuk anak-anak yaitu “Dunia Anak”, acara ini memberikan ulasan tentang segala hal yang berhubungan dengan dunia anak dan menayangkan juga video klip dari lagu anak-anak.
 Realita musik anak yang redup atau mulai hilang ini membuat anak-anak Indonesia seakan-akan kehilangan jiwa anak-anaknya. Musiknya ringan, yang memang ditujukan untuk anak-anak. Kondisi ini semakin parah dengan televisi-televisi yang tidak memfasilitasi atau menayangkan acara dengan genre musik untuk anak-anak, jangan sampai lagu anak-anak ini menjadi punah dalam belantika musik Indonesia. Padahal hadirnya lagu anak-anak sangat baik untuk perkembangan mental anak. Misalnya anak-anak yang menyanyikan lagu anak tidak akan menjadi berfikiran seperti orang dewasa yang memikirkan hal-hal seperti cinta, pacaran, selingkuh, dan sebagainya. Bahkan mungkin di antara lirik-lirik lagu khusus orang dewasa ini banyak lirik yang bahasanya sedikit negatif yang memang tidak cocok untuk anak-anak dan akan membawa dampak buruk untuk anak-anak.

Ajang Pencarian Bakat Anak-Anak

Situasi ini seharusnya menjadi bahan renungan untuk para produser musik dan komposernya agar kembali membuat musik untuk anak-anak dengan lirik untuk anak-anak juga, akan lebih bagus lagi jika membuat ajang pencarian bakat untuk menjadi penyanyi anak-anak tapi harus menyanyikan lagu anak-anak, jangan menyanyikan lagu-lagu pop khusus orang dewasa.
 Banyaknya Ajang Pencarian Bakat Musik di Indonesia yang lebih memfokuskan industri musik untuk remaja dan dewasa seperti Indonesian Idol, AFI, dan sebagainya, menunjukkan bahwa para produser musik kurang tertarik dengan musik anak sebagai bagian dari industrinya. Hal ini tentunya sudah bisa ditebak bagaimana musik anak di Indonesia ke depannya. Oleh karena itu, sebelum hal itu terjadi para komposer musik harus mulai menggiatkan kembali musik anak, yaitu dengan menciptakan lagi lagu-lagu untuk anak-anak. Tindakan ini perlu dilakukan untuk kebaikan anak-anak Indonesia juga.