Musik
Indonesia sekarang ini kembali diramaikan oleh hadirnya boyband dan girlband
baru seperti SM*SH, 7 Icons, Cherry Belle, dan masih banyak lagi. Namun,
banyaknya boybands dan girlbands ini tidak diimbangi dengan lahirnya musik
anak. Anak-anak Indonesia sekarang lebih hafal lagu-lagu boybands atau
girlbands yang kebanyakan liriknya bertema tentang percintaan daripada lagu
anak-anak yang bahasanya sesuai dengan umur mereka.
Dulu, waktu
saya masih kecil sekitar tahun 1995, lagu-lagu anak seperti Si Lumba-Lumba yang
dipopulerkan Bondan Prakoso dan Anak Gembala yang dipopulerkan Tasya masih
sering didengar di televisi. Artis cilik yang menyanyikan lagu anak-anak pada
saat itu masih sering muncul. Saya masih ingat kalau dulu itu ada salah satu
televisi swasta nasional ada yang menayangkan acara khusus untuk anak-anak
yaitu “Dunia Anak”, acara ini memberikan ulasan tentang segala hal yang
berhubungan dengan dunia anak dan menayangkan juga video klip dari lagu
anak-anak.
Realita musik anak yang redup atau mulai
hilang ini membuat anak-anak Indonesia seakan-akan kehilangan jiwa
anak-anaknya. Musiknya ringan, yang memang ditujukan untuk anak-anak. Kondisi
ini semakin parah dengan televisi-televisi yang tidak memfasilitasi atau
menayangkan acara dengan genre musik
untuk anak-anak, jangan sampai lagu anak-anak ini menjadi punah dalam belantika
musik Indonesia. Padahal hadirnya lagu anak-anak sangat baik untuk perkembangan
mental anak. Misalnya anak-anak yang menyanyikan lagu anak tidak akan menjadi
berfikiran seperti orang dewasa yang memikirkan hal-hal seperti cinta, pacaran,
selingkuh, dan sebagainya. Bahkan mungkin di antara lirik-lirik lagu khusus
orang dewasa ini banyak lirik yang bahasanya sedikit negatif yang memang tidak
cocok untuk anak-anak dan akan membawa dampak buruk untuk anak-anak.
Ajang Pencarian Bakat Anak-Anak
Situasi ini
seharusnya menjadi bahan renungan untuk para produser musik dan komposernya
agar kembali membuat musik untuk anak-anak dengan lirik untuk anak-anak juga,
akan lebih bagus lagi jika membuat ajang pencarian bakat untuk menjadi penyanyi
anak-anak tapi harus menyanyikan lagu anak-anak, jangan menyanyikan lagu-lagu
pop khusus orang dewasa.
Banyaknya Ajang Pencarian Bakat Musik di
Indonesia yang lebih memfokuskan industri musik untuk remaja dan dewasa seperti
Indonesian Idol, AFI, dan sebagainya, menunjukkan bahwa para produser musik kurang
tertarik dengan musik anak sebagai bagian dari industrinya. Hal ini tentunya
sudah bisa ditebak bagaimana musik anak di Indonesia ke depannya. Oleh karena
itu, sebelum hal itu terjadi para komposer musik harus mulai menggiatkan
kembali musik anak, yaitu dengan menciptakan lagi lagu-lagu untuk anak-anak.
Tindakan ini perlu dilakukan untuk kebaikan anak-anak Indonesia juga.